Potensi Rumput Israel Sebagai Tanaman Pangan Alternatif di Era Pandemi
- Posted by Nir Fathiya
- Categories Blog
- Date November 14, 2022
- Comments 0 comment
Pandemi menimbulkan dampak yang signifikan terhadap berbagai sektor kehidupan. Tak terkecuali di sektor pangan. Terganggunya aktivitas ekonomi selama pandemi berpotensi menyebabkan kelangkaan pasokan dan kenaikan harga pangan. Ditemukan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kelangkaan pangan, di antaranya sebagian besar petani beralih bekerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian serta adanya pelaku ekonomi yang berupaya menimbun barang agar terciptanya kelangkaan semu demi mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga. Kelangkaan pangan tersebut sangat mempengaruhi masyarakat perkotaan, terutama masyarakat menengah ke bawah. Untuk bertahan hidup, mereka harus mengurangi kuantitas konsumsi karena harga pangan yang tidak terjangkau. Oleh karena itu, untuk menunjang ketahanan pangan pada masyarakat perkotaan, maka tumbuhan liar menjadi solusi alternatif sebagai sumber pangan.
Tumbuhan liar merupakan tumbuhan yang tidak dibudidayakan, biasanya dianggap gulma oleh masyarakat setempat, namun beberapa tumbuhan liar memiliki potensi yang sangat baik sebagai sayur-sayuran dan obat tradisional. Pengetahuan masyarakat perkotaan terhadap potensi tumbuhan liar sebagai bahan pangan sangat terbatas. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sosialisasi secara langsung ataupun melalui media sosial.
Untuk mendapatkan tumbuhan liar, masyarakat bisa melakukannya dengan meramban (foraging). Meramban adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan apa saja seperti sayuran, buah-buahan, dan jamur yang dapat dikonsumsi di suatu lahan atau hutan. Pemilihan lokasi meramban sangat penting. Meramban tidak dianjurkan dilakukan di tempat umum seperti jalan raya karena tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di sekitar jalan raya sudah terkontaminasi dengan polutan berbahaya. Selain itu, masyarakat juga bisa membudidayakan tumbuhan liar agar lebih mudah dalam proses pemanfaatannya.
Sebenarnya ada banyak sekali tumbuhan liar yang berpotensi sebagai sumber pangan dan ternyata manusia hanya memakan sedikit jumlah tumbuhan dari total tumbuhan yang bisa dimakan di muka bumi. Menurut Kumaala (2021), dari sekitar 400.000 tanaman di bumi, paling tidak ada 300.000 tanaman yang bisa kita makan. Salah satu tumbuhan liar yang berpotensi sebagai sayuran dan obat tradisional adalah rumput israel (Asystasia gangetica). Selama ini, keberadaan rumput israel sering terabaikan. Umumnya, tumbuhan liar ini hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Secara morfologi, rumput israel ini bukanlah jenis tumbuhan dari suku rumput-rumputan (Poaceae) melainkan termasuk ke dalam suku Acanthaceae. Penamaan rumput israel mengacu kepada cara hidupnya yang bersifat invasif. Ketika tumbuhan ini hidup di suatu tempat, maka mereka akan memenuhi suatu lahan begitu cepat. Hal ini dianalogikan seperti bangsa Israel yang menginvasi tanah Palestina.
Dilihat dari penyebarannya, rumput israel ini tumbuh di wilayah Afrika, Arab, dan Asia. Bahkan di beberapa negara di Afrika, seperti Kenya, Uganda, dan Nigeria sudah memanfaatkannya sebagai sayuran dan obat-obatan. Dalam penelitiannya Grubben G. J. H (2004), di India, tumbuhan ini digunakan untuk mengobati penyakit rematik, sedangkan di Maluku, tumbuhan ini diolah menjadi jus dan dicampur dengan jeruk dan bawang putih untuk mengobati batuk kering. Di Filipina, tumbuhan ini dimanfaatkan untuk mengobati gangguan pencernaan. Sayangnya, masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Aceh belum terlalu familiar dengan tumbuhan liar ini.
Daun, batang muda, dan bunga tumbuhan rumput israel bersifat edible, artinya aman untuk dimakan. Daunnya memiliki kandungan nutrien yang lebih tinggi dibandingkan bagian batang (Kumalasari et al. 2020). Pengolahan rumput israel sama seperti pengolahan sayur-sayuran biasa. Tumbuhan liar ini bisa disajikan dengan ditumis bahkan dicampur dengan beberapa jenis sayuran lainnya. Secara organoleptik, rasa daun rumput israel mirip dengan rasa daun labu tanah. Tekstur daun sedikit berbulu. Akan tetapi, sangat disarankan untuk mengkonsumsi daun muda karena teksturnya lebih lunak.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa rumput israel mengandung senyawa alkaloid, fenolik, steroid, tannin, glikosida, dan xanthoprotein (Daffodil et al, 2013). Ekstrak metanol rumput Israel mengandung beberapa senyawa flavonoid di antaranya leteolin, kuersetin, dan isorhamnetin (Gopal, T. K et al, 2013). Selain itu, kandungan zat tumbuhan tersebut juga didominasi oleh beta karoten dan asam askorbat. Beta karoten dikonversi di dalam tubuh menjadi vitamin A yang berperan penting untuk menjaga kesehatan mata, kulit, dan fungsi neurologis. Artinya, konsumsi rumput israel ini sangat baik untuk meningkatkan sistem imun tubuh terutama untuk menghadapi serangan virus corona.
Selama ini, masyarakat lebih mengenal wortel sebagai sumber beta karoten. Namun, ada sumber makanan lain seperti mangga, brokoli, ubi, dan sayuran berdaun hijau gelap yang juga memiliki kandungan beta karoten yang baik. Di tahun 2022, harga sayur-sayuran terus mengalami kenaikan, termasuk harga wortel. Oleh sebab itu, rumput israel sangat berpotensi sebagai tanaman pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi beta karoten.